OPINI – Politik tanpa “manuver” ibarat sayur tak bergaram. Asamnya digunung, garamnya dilaut. Begitulah personifikasi yang bisa dimulti-tafsirkan ketika ingin bermain digelanggang politik.
Saat ini, masih hangat dalam ingatan masyarakat Indonesia, dimana semua media mempublikasikan hasil debat cawapres yang digelar KPU RI, malam 22/12/2024 dengan berbagai tulisan menarik dibaca publik.
Pasalnya, pasca debat, Gibran Rakabuming Raka jadi magnet yang ramai dibicarakan publik. Gibran mampu memberikan konstribusi bahan berita bagi pemburu berita, baik wartawan TV, Radio, media cetak, maupun media online.
Banyak hal yang menarik bila kita bicara soal Gibran pasca debat. Dan bisa dijadikan bahan diskusi menarik seperti; “Tau ngak mengapa cak “imin” slepet 2 kali mengapa bukan 1 kali dan kenapa tidak 3 kali?”.
Menurut analisa saya, Slepet 2 kali itu kode. Karena mungkin Allah tidak ridho jika Anies jadi Presiden. Bacaannya adalah PKB itu partai pendukung pemerintah. Nasdem juga partai pendukung pemerintah. Sementara PKS adalah partai oposisi artinya skor 2 : 1
Begitulah kira-kira mainan para elite dikoalisi besar. Dan itu sah-sah saja dalam dunia politik. Politik tanpa manuver adalah hambar ibarat sayur tak bergaram.
Sebuah manuver penting dihadirkan dalam arena yang bernama politik guna memantik semangat rakyat untuk ikut berpartisipasi memeriahkan pesta demokrasi yang bernama pemilu pada tanggal 14/12/2024.
“Kalau orang politik tidak pandai bikin manuver berarti orang tersebut tidak pantas disebut politisi. Sebaliknya jika bukan orang politisi suka “baper” dalam permainan politik, maka orang itu hanyalah pengembira demokrasi”.
Seperti pak Jokowi pernah bertemu Surya Paloh. Bicara tentang apa dan bagaimana tak ada yang tahu. Semua berjalan tak terasa. Ujuk-ujuk, Anies umumkan Cak Imin sebagai Cawapres meninggalkan AHY.
Mulailah keributan dimana-dimana. Silih berganti saling serang antar pendukung parpol sampai rakyatpun ikut bersuara sesuai persepsi masing-masing.
Situasi makin memanas, sampai pada akhirnya partai demokrat menyatakan sikap untuk menarik dukungan berkoalisi dengan Capres Anies. Demokrat pun memilih diam dan masuk koalisi besar.
Bila kita cermati, sebenarnya partai demokrat tidaklah sakit hati. Karena mungkin ada sinyal sebagai langkah manuver terselubung tentang strategi politik masa depan indonesia. Selain memang, SBY dan Prabowo sahabat lama dan pernah berpasangan dengan “Besan SBY” dalam pencapresan Prabowo saat melawan Jokowi-JK.
Semua itu boleh kita tafsirkan, (baca..baca dan baca), (analisa..analisa), (cermati..cermati) lagi lebih mendalam.
Sayapun mencermati tentang karakter partai pendukung pemerintah (Pkb/Nasdem) dengan karakter partai oposisi (PKS). Bagi saya, kedua karakter itu sangat sulit disatukan dalam sebuah pertarungan apatahlagi konteksnya perebutan kekuasaan. Ibarat “air dan minyak”. Sulit untuk menyatu di dalam arena yang bernama “pertarungan perebutan kepentingan”.
Lalu,? ada yang bertanya-bertanya kepada saya soal mengapa “cak imin” gak slepet 3 kali?, Jawaban saya sederhana saja. Sebab ada lagu yang mengatakan “jangan sampai 3 kali”.
OMBINTANG (Asdar Akbar): Pelopor Berdirinya Forum Diskusi Aliansi Gerakan Mahasiswa Mencermati Issu-Issu Strategis Tanpa Bentuk Anak Kampung Masuk Kota.
( Arifuddin sikki )